Behavioral
therapy
adalah
salah satu teknik yanag digunakan dalam menyelesaikan tingkah laku
yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidup, yang dilakukan melalui proses belajar agar
bisa bertindak dan bertingkah laku lebih efektif, lalu mampu
menanggapi situasi dan masalah dengan cara yang lebih efektif dan
efisien. Aktifitas inilah yang disebut sebagai belajar.
Tokoh-tokoh
klasik yang juga berperan penting dalam behavioral
therapy adalah
B. F Skinner, J.B Watson, Albert Bandura, dan
lain-lain. Pendekatan behavioral
muncul
sejak tahun 1950 dan awal 1960 sebagai konsep radikal yang
bertentangan dengan perspektif psikoanalisa yang dominan. Behavior
therapy dapat
dipahami dengan mempertimbangkan tiga area perkembangan,
yaituclassical
conditioning, operant conditioning dan
cognitive
therapy (Corey,
1996).
Ciri-ciribehavioral
therapy, adalah sebagai berikut :
a.
Berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik;
b.
Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan terapeutik;
c.
Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah
klien;
d.
Penafsiran objektif atas tujuan terapeutik
Behavior
therapy beranggapan bahwa kondisi klien merupakan akibat dari
stimulus konselor, dengan begitu konselor dalam setiap mengadakan
konseling harus mempunyai stimulus kepada klien, sehingga klien
dengan mudah dan cepat merasakan stimulus yang diberikan.
Teknik-teknik
Therapy Behavior
Untuk
mencapai tujuan dalam proses terapi diperlukan tekhnik-tekhnik yang
digunakan. Untuk pengubahan perilaku ada sejumlah tekhnik yang dapat
dilakukan dalam terapi behavior, yaitu:
a.
Desensitisasi Sistematis, merupakan tekhnik relaksasi yang digunakan
untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negative biasanya
berupa kecemasan, dan menyertakan respon yang berlawanan dengan
perilaku yang akan dihilangkan dengan cara memberikan stimulus yang
berangsur dan santai
b.
Terapi implosif, dikembangkan atas dasar pandangan tentang seseorang
yang secara berulang-ulang dihadapkan pada situasi kecemasan dan
konsekuensi-konsekuensi yang menakutkan ternyata tidak muncul, maka
kecemasan akan hilang. Atas dasar itu klien diminta untuk
membayangkan stimulus-stimulus yang menimbulkan kecemasan.
c.
Latihan Perilaku Asertif digunakan untuk melatih individu yang
mengalami kesulitan untuk menyatakan dirinya bahwa tindakannya layak
atau benar.
d.
Pengkondisian Aversi, tekhnik pengkondisian diri digunakan untuk
meredakan perilaku simptomatik dengan cara menyajikan stimulus yang
tidak di kehendaki tersebut terhambat kemunculannya.
e.
Pembentukkan Perilaku model, digunakan untuk membentuk perilaku baru
pada klien, memperkuat perilaku yang sudah terbentuk dengan
menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, baik menggunakan
model audi, model fisik atau lainnya yang dapat teramati dan dipahami
jenis perilaku yang akan di contoh.
f.
Kontrak Perilaku, adalah persetujuan antara dua orang atau
lebih(terapis dan klien) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien.
Dalam terapi ini terapis memberikan ganjaran positif, dipentingkan
daripada memberikan hukuman jika kontrak tidak berhasil.
Tujuan
behavioral therapya
dalah mencapai kehidupan tanpa mengalami perilaku simptomatik, yaitu
kehidupan tanpa mengalami kesulitan atau hambatan perilaku, yang
dapat membuat ketidakpuasan dalam jangka panjang, atau mengalami
konflik dengan lingkungan sosial.
Kelebihan
Dan Kelemahan Behavioral Therapy
Kelebihan
yang dari behavioral therapy ini: memiliki berbagai
macam teknik konseling yang teruji dan selalu diperbaharui, waktu
dalam konseling relatif singkat, kolaborasi yang baik antara konselor
dan konseli dalam penetapan tujuan dan pemilihan teknik. Sedangkan
kelemahan yang dari behavioral therapy adalah
mengabaikan faktor relasional penting dalam terapi, tidak memberikan
wawasan, mengobati gejala bukan penyebab, melibatkan kontrol dan
manipulasi oleh konselor.
sumber
:
Corey,
Gerald. (1996). Theory
and Practice of Counseling and Psychotherapy. USA:
Brooks Cole.
Latipun.
(2001). Psikologi
Konseling.
Malang : UMM Press