Person-centered
therapy
dikembangkan oleh Carl Rogers. Ini jenis terapi menyimpang
dari pandangan tradisional terapis sebagai ahli dan bergerak bukan ke
arah pendekatan non-direktif yang diwujudkan teori aktualisasi
kecenderungan. Teori mewujudkan kecenderungan mengatakan manusia
memiliki potensi untuk menemukan realisasi kemampuan pribadi mereka
sendiri. Landasan ini metode terapi ini berasal dari keyakinan
bahwa setiap manusia berusaha untuk menemukan kepuasan mereka sendiri
dan pemenuhan potensi sendiri. Carl R. Rogers menyatakan bahwa,
"Individu memiliki dalam diri mereka sendiri sumber daya yang
luas untuk pemahaman diri dan untuk mengubah diri mereka-konsep,
sikap dasar, dan self-directed perilaku, sumber daya tersebut dapat
dimanfaatkan jika iklim didefinisikan sikap psikologis fasilitatif
dapat diberikan "(dari Carl R. Rogers. Cara
Menjadi Boston:
Houghton Mifflin,. 1980, hal.115-117).
Rogers
mengidentifikasi enam faktor utama yang merangsang pertumbuhan dalam
individu. Dia menyarankan bahwa ketika kondisi ini terpenuhi, orang
akan tertarik ke arah pemenuhan potensi konstruktif. Menurut teori
Rogerian, enam faktor yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah:
1.
Terapis-Klien Kontak Psikologis: harus ada hubungan yang berbeda dan
dikenali antara terapis dan klien dan harus divalidasi oleh kedua
belah pihak.
2.
Klien ketidaksesuaian, atau Kerentanan: klien rentan terhadap
ketakutan dan kecemasan yang mencegah mereka meninggalkan hubungan
atau situasi dan bahwa ada bukti yang jelas tentang ketidaksesuaian
antara apa yang klien menyadari dan pengalaman aktual.
3.
Therapist Kongruensi, atau keaslian: terbukti bahwa terapis
diinvestasikan dalam hubungan dengan klien untuk tujuan penyembuhan.
Terapis benar-benar tertarik dalam pemulihan mereka dan dapat
mengakses pengalaman mereka sendiri sebagai bantuan dalam proses
pemulihan.
4.
Terapis Regard Positif Unconditional (UPR): ada unsur yang
mengungguli semua orang lain, dan itu adalah unsur penerimaan tanpa
syarat. Dengan menyediakan platform keterbukaan dan penerimaan, klien
dapat mulai untuk menghilangkan persepsi miring mereka sendiri bahwa
mereka dikumpulkan dari orang lain.
5.
Therapist pemahaman empatik: klien merasa empati asli dari terapis
berkaitan dengan konstruk internal mereka dan persepsi. Ini perasaan
empati membantu memperkuat perasaan cinta tanpa syarat.
6.
Persepsi Klien: persepsi hal positif tanpa syarat dan penerimaan
empatik lengkap dan pemahaman yang dirasakan oleh klien, jika bahkan
hanya sedikit.
Tujuan
utama pendekatan person-centered therapy adalah untuk menciptakan
iklim yang kondusif sebagai usaha untuk membantu konseli menjadi
pribadi yang utuh, yaitu pribadi yang mampu memahami kekurangan dan
kelebihan dirinya dirinya. Tidak ditetapkan tujuan khusus dalam
pemdekatan person-centered, sebab konselor digambarkan memiliki
kepercayaan penuh pada konseli untuk menentukan tujuan-tujuan yang
ingin dicapainya dari dirinya sendiri.
Secara
lebih terperinci, tujuan konseling person-centered adalah :
- Membantu konseli untuk menyadari kenyataan yang terjadi terhadap dirinya
- Membantu konseli untuk membuka diri terhadap pengalaman-pengalaman baru
- Menumbuhkan kepercayaan diri konseli
- Membantu konseli membuat keputusan sendiri
- Membantu konseli menyadari bahwa manusia tumbuh dalam suatu proses
Kelebihan
Dan Kekurangan Person Centered Therapy
Kelebihan
dari
terapi ini klien
memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka fokus dalam
menyelesaiakan masalahnya
dan dapat
mengekpresikan dirinya secara penuh ketika mereka mendengarkan dan
tidak dijustifikasi. Kekurangannya:
Sulit bagi therapist untuk bersifat netral dalam situasi hubungan
interpersonal dan terapi menjadi tidak efektif ketika konselor
terlalu non-direktif dan pasif.
Sumber
:
Feist,
Jess & Gregory J, Fest. (2011). Teori kepribadian,
edisi 7 buku 2. Jakarta : Salemba Humanika.
Surya,
Prof. DR. H. Mohamad. (2003). Teori-teori konseling.
Bandung : Pustaka Bani Quraisy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar