Analisis
Transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang
menekankan pada hubungan interaksional. Analisis Transaksional dapat
dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk
pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian
dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi
dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini
menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien.
Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat
keputusan sendiri, dan keputusan baru,guna kemajuan hidupnya sendiri.
Teori
analisis transaksional merupakan
karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games
People Play.
Berne
adalah seorang ahli ilmu jiwa
terkenal dari kelompok Humanisme.
Dalam
diri setiap manusia, seperti dikutip Collins (1983), memiliki tiga
status ego. Sikap dasar ego yang mengacu pada sikap orangtua (Parent=
P. Exteropsychic); sikap
orang dewasa (Adult=A.
Neopsychic); dan
ego anak (Child
=
C, arheopsychic).
Ketiga
sikap tersebut dimiliki setiap orang (baik dewasa, anak-anak, maupun
orangtua).
Sikap
orangtua yang diwakili dalam perilaku dapat ter1ihat dan terdengar
dari tindakan maupun tutur kata ataupun ucapan-ucapan nya. Seperti
tindakan menasihati orang lain, memberikan hiburan, menguatkan
perasaan, memberikan pertimbangan, membantu, melindungi, mendorong
untuk berbuat baik adalah sikap yang nurturing
parent (NP).
Sebaliknya ada pula sikap orang tua yang suka menghardik, membentuk,
menghukum, berprasangka, me larang, semuanya disebut dengan sikap
yang critical
parent (CP).
Setiap
orang juga menurut Berne memiliki sikap orang dewasa. Sikap orang
dewasa umumnya pragmatis dan realitas. Mengambil kesimpulan,
keputusan berdasarkan fakta-fakta yang ada. Suka bertanya, mencari
atau menunjukkan fakta-fakta, ber sifat rasional dan tidak emosional,
bersifat objektif dan sebagainya.
Sikap
lain yang dimiliki juga adalah sikap anak-anak. Dibedakan antara
natural
child(NC)
yang ditunjukkan dalam sikap ingin tahu, berkhayal, kreatif,
memberontak. Sebaliknya yang ber sifat adapted
child (AC)
adalah mengeluh, ngambek, suka pamer, dan bermanja diri.
Bagaimana
cara mengetahui sikap ego yang dimiliki setiap orang? Berne
mengajukan empat cara, yaitu:
1.
Melihat tingkah laku nonverbal maupun verbal yang digunakannya.
Tingkah laku non verbal tersebut pada umumnya sama namun dapat
dibedakan kode-kode simbolnya pada setiap orang sesuai dengan budaya
yang melingkupinya. Di samping nonverbal juga melalui verbal,
misalnya pilihan kata. Seringkali (umumnya) tingkah laku melalui
komunikasi verbal dan nonverbal berbarengan.
2
Mengamati bagaimana sikap seseorang ketika bergaul dengan orang
lain. Dominasi satu sikap dapat dilihat kalau Pulan sangat menggurui
orang lain maka Pulan sangat dikuasai oleh P dalam hal ini critical
parent. Si
Iteung suka ngambek maka Iteung dikuasai oleh sikap anak.
3.
Mengingat kembali keadaan dirinya sewaktu masih kecil; hal demikian
dapat terlihat misalnya dalam ungkapan : buah jatuh tidak jauh dari
pohonnya. Cara berbicara, gerak-gerik nonverbal mengikuti cara yang
dilakukan ayah dan ibunya yang anda kenaI.
4.
Mengecek perasaan diri sendiri, perasaan setiap orang muncul pada
konteks, tempat tertentu yang sangat mempengaruhi apakah lebih banyak
sikap orang tua, dewasa, ataupun anak-anak sangat menguasai
mempengaruhi seorang.
Berne
juga mengemukakan terdapat beberapa faktor yang menghambat
terlaksananya transaksi antarpribadi, atau keseim bangan ego sebagai
sikap yang dimiliki seseorang itu.
Terdapat
dua hambatan utama yaitu:
1.
Kontaminasi (contamination).
Kontaminasi
merupakan pengaruh yang kuat dari salah satu sikap atau lebih
terhadap seseorang sehingga orang itu “berkurang”
keseimbangannya.
- Eksklusif (exclusive); penguasaan salah satu sikap atau lebih terlalu lama pada diri seseorang. Misalnya sikap orang tua yang sangat mempengaruhi seseorang dalam satu waktu yang lama sehingga orang itu terus menerus memberikan nasihat, melarang perbuatan tertentu, mendorong dan menghardik.Berne mengajukan tiga jenis transaksi antarpribadi yaitu:
1.
Transaksi komplementer; jenis transaksi ini merupakan jenis terbaik
dalam komunikasi antarpribadi karena ter jadi kesamaan makna terhadap
pesan yang mereka pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi oleh pesan
yang lain meskipun dalam jenis sikap ego yang berbeda. Transaksi
komplementer terjadi antara dua sikap yang sama, sikap dewasa.
Transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer.
Kedua sikap itu adalah sikap orang tua dan sikap anak-anak.
Komunikasi antarpribadi dapat dilanjutkan manakala terjadi tran saksi
yang bersifat komplementer karena di antara mereka dapat memahami
pesan yang sama dalam suatu makna.
2.
Transaksi silang; terjadi manakala pesan yang dikirimkan komunikator
tidak mendapat respons sewajarnya dari komunikan. Akibat dari
transaksi silang adalah terputusnya komunikasi antarpribadi karena
kesalahan dalam memberikan makna pesan. Komunikator tidak menghendaki
jawaban demikian, terjadi kesalah pahaman sehingga kadang-kadang
orang beralih ke tema pembicaraan lain.
- Transaksi tersembunyi; jika terjadi campuran beberapa sikap di antara komunikator dengan komunikan sehingga salah satu sikap menyembunyikan sikap yang lainnya. Sikap tersembunyi ini sebenarnya yang ingin mendapatkan respons tetapi ditanggap lain oleh si penerima. Bentuk-bentuk transaksi tersembunyi bisa terjadi jika ada 3 atau 4 sikap dasar dari mereka yang terlibat dalam komunikasi antar pribadi namun yang diungkapkan hanya 2 sikap saja sedangkan 1 atau 2 lainnya ter sembunyi. Jika terjadi 3 sikap dasar sedangkan yang lainnya di sembunyikan maka transaksi itu disebut transaksi tersembunyi 1 segi (angular). Kalau yang terjadi ada 4 sikap dasar dan yang disembunyikan 2 sikap dasar disebut dengan dupleks.
Berne
juga mengajukan rekomendasinya untuk posisi dasar seseorang jika
berkomunikasi antarpribadi secara efektif dengan orang lain.
Ada
empat posisi yaitu :
1.
Saya OK, kamu OK (I’m OK., you’re OK)
2.
Saya OK, kamu tidak OK (I’m OK, you’re not OK)
3.
Saya tidak OK, kamu OK (I’m not OK, yo/ire OK)
4.
Saya tidak OK, kamu tidak OK (I’m not OK, you’re not OK).
Sumber:
indryawati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/24016/9+Terapi+Transaksional.ppt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar